Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Usaha guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar agama Islam siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
Dampak motivasi guru agama terhadap aktivitas belajar siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
Kendala-kendala yang dihadapi guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menambah wawasan bagi penulis sebagai calon guru agama dalam memotivasi belajar agama Islam siswa di sekolah.
Sebagai bahan masukan bagi guru-guru agama Islam dan unsur-unsur terkait dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Tanbahan literature kepustakaan Unuversitas Muhammadiyah Sumatera Barat Padangpanjang umumnya dan khususnya fakultas Agama Islam
B. Metodologi Penelitian.
Jenis Penelitian.
Jenis pnelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reseach) yang dilakukan di SMP Muhammadiyah Padangpanjang dengan menggunakan metode destriptif yaitu menggambarkan hal-hal yang diteliti sebagaimana adanya. Sebagaimana dikemukakan Handani bahwa “metode destripsi yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya”. Artinya penulisan penelitian ini hanya menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti.
Populasi
a. Popolasi
Adapun yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang berfungsi sebagai sumber data. maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Seluruh guru agama yang berjumlah 2 orang dan siswa sekolah SMP Muhammadiyah Padangpanjang, yakni Siswa kelas 2 dan kelas 3 yang berjumlah 130 orang. Sementara siswa kelas 1 tidak penulis ambil untuk dijadikan populasi karena mereka baru dalam tahap pengenalan terhadap sekolah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :
Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
a. Angket yaitu salah satu alat pengukut yang berbentuk kumpulan pertanyaan. dalam hal ini penulis memberikan angket kepada siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang objek yang diteliti.
b. Wawancara yaitu mengadakan komunikasi secra langsung tetapi permasalahan yang dibahas dengan sumber data. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru agama, untuk mengetahui usaha guru agama dalam memotivasi belajar siswa dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memotivasi aktivitas belajar siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
4. Teknik Analisis Data.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut diolah melalui tahapan sebagai berikut :
a. Seleksi Data, yaitu melakukan penyeleksian dan pemeriksaan terhadap data yang telah dikumpulkan, kemudian diedit dan diberikan tanda agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data, yaitu data yang telah terkumpul dikelompokkan sesuai dengan aspek masalah.
c. Tabulasi, yaitu data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan masalah, kemudian dimasukkan ke dalam tabel, untuk kemudian dilakukan perhitungan frekuensi.
d. Pengolahan data, dalam pengolahan data penulis menggunakan kualifikasi
e. Interprestasi dan analisis data.
Adapun data yang didapat dalam wawancara, ditranskrip dalam tulisan. Kemudian diolah secara kuantitatif, yitu dengan menganalisa pendapat-pendapat dan kemudian baru ditarik kesimpulan.
Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang sangat urgen dalam membentuk manusia yang berkepribadian kuat dan baik, serta ujung tombak dalam pembangunan moral Bangsa.[1] Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. [2]
Mengingat begitu pentingnya pendidikan Agama slam dalam kehidupan bangsa ini, maka pendidikan Agama Islam menepati posisi sangat strategis. Urgensi, tujuan dan posisi pendidikan dapat dilihat dalam pasal 3 undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional :
”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”[3]
Untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam (Ihsan Al-Kamil), tentunya perlu didukung oleh setiap pelaku pendidikan. Guru selaku pelaku pendidikan yang merupakan salah satu komponen proses belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tautan masyarakat yang semakin berkembang.
Dalam Islam, tugas seseoarang pendidik (guru) dipandang sebagai suatu tugas yang sangat mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibandingkan dengan manusia lainnya. [4] Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yaitu :
Artinya : ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Secara sederhana tugas guru adalah mengarahkan dan membimbing peserta didiknya agar semakin meningkat pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya dan semakin terbina dan berkembang potensinya. Guru yang baik adalah guru yang mampu memotivasi (mendorong) para peserta didiknya untuk belajar.
Dalam hal ini zakiyah derajat mengatakan bahwa “ guru agama tidak hanya memberikan pengetahuan belaka, tetapi harus memberikan dorongan dan bimbingan yang sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”.[5]
Sedangkan menurut Hamdayani Ihsan dan Fuad Ihsan mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru agama yang harus dilaksanakan adalah menyampaikan bahan pengajaran pendidikan Agama Islam sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[6] Oleh sebab itu, guru agama dituntut agar memanfaatkan perannya dalam memotivasi belajar peserta didik agar proses pembelajaran berjalan dengan baik yang dapat melahirkan peserta didik yang aktif.
Menurut Sadirman, guru tidak semata-mata sebagai pengajar transfer knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of value dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberi pengaruh dan menuntun siswanya dalam belajar.[7] sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa diharapkan menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik. Adapun peranan guru adalah Imformator, Organisisator, Motivator, Pengarah atau Diraktor, Fasilitator, Inisiator, dan Evaluator.[8]
Dari berbagai peranan di atas, terlihat bahwa guru itu adalah sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk menumbuhkan aktivitas dan kreativitas. Dengan adanya peranan ini diharapkan kegitan proses pembelajaran tidak berjalan dalam kehampaan, tetapi penuhdengan makna yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif dan menumbuhkan rangsangan kepada peserta didik untuk lebih efektif dan kreatif. Guru tidak hanya menyibukkan dirinya dengan kegiatan pemaksimalan penyajian isi pembelajaran saja. Yang lebih penting dari itu, guru memikirkan cara peserta didik belajar, karena memang peserta didiklah sebagai subjek utama dalam belajar.
Belajar merupakan proses yang melekat pada diri peserta didik, dan juga sangat bermakna dalam kehidupan. Untuk lebih meningkatkan makna belajar, proses tersebut harus dilandasi oleh kesadaran yang mendalam, yang meliputi kesadaran emosional, intelektual, spiritual, sosial dan budaya. Oleh karena itu, proses belajar tersebut ditempatkan dalam situasi yang kondusif, sehingga benar-benar mencapai sasaran dan tujuan.[9]
Untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan kondusif itu, guru sangat dituntut berperan aktif. Guru mengajarkan peserta didik. Guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari dua unsur yang manusiawi ini lahirlah Intraksi edukatif yang memanfaatkan bahan berbagai mediumnya. Disana semua komponen pembelajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan.[10]
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadi belajar pada peserta didik. Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[11]
Dari pengertian ini dapat diambil suatu pemahaman bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi pelajar, apabila terjadi perubahan prilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu pengalaman. Pengalaman itu sendiri hanya mungkin dioeroleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri berinteraksi dengan lingkungannya. Guru dapat membantu peserta didik belajar tetapi guru tidak dapat belajar untuk peserta didik, artinya kegiatan belajar terjadi dalam diri individu yang tidak bisa dialihkan kepada orang lain. Disini secara jelas dapar dilihat bahwa tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran haruslah “membelajarkan peserta didik bagaimana belajar”. Sehingga peserta didik dianggap sebagai subjek pendidikan yang melahirkan peserta didik yang aktif dan kreatif.
Dalam upaya membelajarkan peserta didik, guru dituntut memiliki multiperan sehingga mampu menciptakan kondisibelajar mengajar efektif.[12] Salah satu peranannya adalah sebagai Motivator. Motivasi penting bagi peserta didik karena dengan motivasi seseorang akan terdorong untuk melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam hal ini menurut Oemar bahwa fungsi motivasi adalah :
1.Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan.
2.Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3.Motivasi berfungsi sebagai penggerak artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[13] Menurut Ramayulis mengemukakan bahwa motivasi berfungsi yaitu :
1.Memberikan semangat dan mengaktifkan peserta didik agar tetap berminat dan siaga.
2.Memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar.
3.Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Dari pendapat di atas bahwa motivasi sangat berfungsi dalam proses pembelajaran. Walaupun motivasi belajar sebaiknya ditimbulkan dari dalam diri peserta didik itu sendiri, tapi hal itu tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar. Cepat atau lambatnya peserta didik dalam memahami materi pembelajaran salah satunya tergantung pada guru dalam memberikan motivasi. Maka disinilah letak pentingnya motivasi dalam proses pembelajaran.
Di dalam kegiatan pembelajaran peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif. Dalam hal ini sebagaimana dikemukan oleh Ahmad bahwa motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri.[14]
Dalam pendidikan Agama Islam, motivasi belajar penting bagi peserta didik sebagai salah satu faktor untuk pendorong berperan aktif dalam proses pembelajaran dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan. Motivasi belajar penting bagi setiap peserta didik karena dengan itu akan mendorongnya bekerja keras agar memperoleh hasil belajar yang baik.
Dalam belajar ada motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi ini perlu dioptimalkan agar peserta didik lebih bergairah dan aktif dalam belajarnya. Dalam pengertian yang demikian, maka antara motivasi belajar dengan hasil belajar peserta didi ada berkaitan dan berhubungan yang sebab akibat.
Apabila diperhatikan ayat-ayat dan hadist, banyak sekali terdapat yang mengandung pengertian motivasi belajar dengan bentuk beragam. Ada ada yang berbentuk janji, ancaman dan perumpamaan. Diantaranya adalah dalam suratAz-Zumar ayat 9 yaitu :
Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Menurut Quraish Shihab bahwa “orang yang memiliki pengetahuan tidak sama dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan, asalkan pengetahuannya itu adalah bermanfaat dan ia menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuannya itu”.[15]
Dengan pengertian ini berarti Allah sangat menganjurkan umat Islam untuk memiliki motivasi belajar yang tinggi agar memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak. Motivasi belajar akan menggerakkan dan mengarahkan usaha dalam menuntut ilmu. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, Ego-Involvement, memberikan ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.
Berkaitan dengan hal ini, motivasi belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran agama Islam yang telah dilaksanakan oleh guru agama sekolah SMP Muhammadiyah Padangpanjang, berdasarkan Observasi awal sudah terlaksanakan, diantaranya memberi angka, memberikan hukuman, memberikan ulangan, mengetahui hasil belajar peserta didik, namun belum terealisasi dengan baik. Indikatornya dapat dilihat dari keadaan peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain saat pembelajaran berlangsung dan kurangnya motivasi para peserta didik dalam mengikuti program TPA yang telah diadakan oleh guru agama yang merupakan program wajib bagi seluruh peserta didik. Ini dilihat dari absent kehadiran peserta didik.
Berdasarkan fenomena di atas perlu adanya peranan dari berbagai pihak khususnya guru agama untuk menberikan motivasi kepada peserta didik agar pelajaran agama Islam dapat dijadikan sebagai pelajaran yang diminati dan disenangi oleh peserta didik.
Berpijak dari persoalan di atas, maka penulis berminat untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang bagaimana guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang, yang akan dituliskan dalam bentuk sebuah karya ilmiah dengan judul : “Peranan Guru Agama dalam Memotivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakan masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.Keadaan peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
2.Mengerjakan tugas mata pelajaran yang lain saat pembelajaran berlangsung.
3.Kurangnya motivasi para peserta didik dalam mengikuti program TPA yang telah diadakan oleh guru agama yang merupakan program wajib bagi seluruh peserta didik. Ini dilihat dari absent kehadiran peserta didik.
C.Rumusan dan Batasan Masalah.
1.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang ?
2.Batasan Masalah.
Untuk lebih jelas dan terarahnya serta supaya jangan terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
a.Usaha guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa.
b.Dampak motivasi guru agama terhadap aktivitas belajar siswa.
c.Kendala-kendala yang dihadapi guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa.
D.Penjelasan Judul.
Untuk menyatukan persepsi antara pembaca dengan penulis dalam memahami judul penelitian ini, berikut penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu :
Peranan guru agama : peranan berarti “ tindakan yang dilakukan oleh seseorang” sementara guru agama adalah guru yang mengajar mata pelajaran agama. Yang penulis maksud peranan guru agama adalah tindakan atau usaha yang dilakukan guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Agama Islam di SMP Muhammadiyah Padangnpanjang.
Memotivasi : Memberikan motivasi, menciptakan suasana yang subur untuk lahirnya motif.
Belajar : Aktivitas berarti “keaktifan kegiatan”.[16]
Sementara belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. [17] jadi aktivitas belajar yang penulis maksud adalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran agama Islam di SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah peranan guru agama dalam memotivasi aktivitas belajar pada mata pelajaran agama islam siswa SMP Muhammadiyah Padangpanjang.
[1] Abdul Malik dan Dian Andayani, PAI Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : Remaja Rosda Karya,2004), ha139.
[2] Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum, Pedoman PAI di Sekolah Umum, (Jakarta : Departemen Agama,2004), hal 2.
[3] Redaksi Sinar Rafika, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003, (Jakarta : Sinar Grafika,2003), hal 5.
[4] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), cet 3, hal 39.
[5] Zakiyah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Perss, 2002), hal 43.
[6] Hamdayani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1988), hal 9.
[7] Sardiman A.M, Intraksi dan Motivasi Balajar Magajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hal 123.
Kurikulum pendidikan sudah saatnya diarahkan untuk membentuk sumber daya manusia yang aktif dan kreatif. Anak didik yang penuh inovasi menjadi sasaran utama kurikulum ini. Menurut Mbah Gendeng bahwa Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) tengah mengkaji kurikulum pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan pada anak didik sedini mungkin. Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) Fasli Jalal meminta pembelajaran aktif,kreatif, dan menyenangkan terus dilakukan.
“Upaya-upaya untuk menambah pengetahuan di bidang pedagogik hendaknya dijadikan menu yang mudah untuk diambil guru, sekolah, perguruan tinggi (PT), dan pemerintah daerah,” ujarnya dalam sambutan pada seminar yang berlangsung di Auditorium Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Gedung D lantai dua Kemendiknas, Senin(5/7). Menurut dia,pembelajaran aktif akan melahirkan kreativitas, inovasi,dan pembelajaran kontekstual yang sangat berarti bagi mahasiswa.
Jadi, mahasiswa tidak sekadar menjawab pertanyaan dosen supaya bisa lulus, melainkan merangsang kreativitas dan inovasi. Menurut Fasli Jalal, pendidikan aktif merupakan suatu upaya menambah pengetahuan di bidang pedagogik yang mudah untuk dilakukan guru, sekolah, perguruan tinggi (PT), dan pemerintah daerah. “Active learning melahirkan kreativitas, inovasi, dan pembelajaran kontekstual yang berarti bagi siswa atau mahasiswa.
Bukan sekadar menjawab pertanyaan dosen supaya bisa lulus,tapi merangsang kreativitas dan inovasi,”sebutnya. Fasli mengatakan, program yang melahirkan pembelajaran yang aktif,kreatif,dan menyenangkan dapat diolah perguruan tinggi dan dimasukkan ke dalam kurikulum dan proses belajar untuk calon guru.
Modul-modul pembelajaran juga dapat diberikan bagi guru yang ingin meningkatkan kualifikasi akademiknya menjadi S-1. Senada dengan Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso mengatakan, pembelajaran aktif atau sering disebut student center learning adalah metode untuk meningkatkan proses pembelajaran.
“Bagaimana membuat proses pembelajaran itu lebih berpusat kepada mahasiswa yang aktif,”ucapnya. Menurut Djoko, salah satu strategi yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan sistem pembelajaranaktifpadamahasiswa. Sistem ini meliputi pembelajaran aktif,kreatif, dan menyenangkan (Pakem) dalam praktikum pembelajaran mahasiswa pendidikan. Dengan Pakem, dosen perguruan tinggi dapat memberi contoh pembelajaran aktif dan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa di setiap perkuliahan.
Dirjen Dikti ini menjelaskan proses pembelajaran merupakan jantungnya proses pendidikan. “Untuk itu, kita harus senantiasa meningkatkan kualitasnya dan adaptif terhadap perubahan pemangku kepentingan dalam berkehidupan bermasyarakat. Kehidupan pada abad ke-21 menghendaki perubahan pendidikan tinggi yang bersifat mendasar ,”tuturnya. United States Agency for Interational Development (USAID) juga memberikan hibah kepada pemerintah Indonesia sebesar USD1,38 juta.
Hibah itu untuk peningkatan di tingkat sekolah dasar atau decentralized basic education (DBE 2) sampai pembelajaran aktif untuk perguruan tinggi atau active learning for higher education(ALFHE). Evaluasi USAID itu meliputi peningkatan belajar siswa atau mahasiswa, kinerja guru,kinerja kepala sekolah, lingkungan belajar,dan persepsi atau kepuasan pemangku kepentingan.
Dari waktu ke waktu menurut Nggo Kontes bahwa evaluasi ini tidak hanya menggambarkan kemajuan sekolah binaan, juga memberikan gambaran tentang pendidikan di Indonesia secara keseluruhan, ”katanya. Dari hasil evaluasi USAID, setelahadanya pelatihangurudisekolah dasar, persentase semua siswa kelas 3 dan 6 yang mencapai kompetisi bidang studi dinilai mencapai atau melebihi standar minimal bidang studi bahasa Indonesia dan IPA diakhir tahun ajaran.Peningkatan nilai untuk mata pelajaran IPA baik kelas 3 dan 6 SD mencapai 86%. Peningkatan pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas 3 SD mencapai 95 %, sementara untuk kelas 6 mencapai 79%.