Jumat, 13 Maret 2009

BAHAN AJAR

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar

Kadang kita bingung mencari permainan yang cocok untuk Kelas Kecil. Semoga permainan berikut ini dapat menjadi solusi bagi masalah tersebut.

PERMAINAN UNTUK KELAS KECIL

1. KACANG DALAM LINGKARAN

Peralatan : Sejumlah kacang, kancing, atau benda kecil lainnya.
Jumlah Pemain: Bebas
Waktu : 10 menit
Tujuan :
- Melatih keuletan
- Melatih kecekatan inisiatif
- Untuk diperlombakan
Semua membentuk lingkaran dengan punggungnya menghadap lingkaran. Sejumlah kacang diletakkan di tengah lingkaran dan pemimpin (guru) berteriak, "Hadap kanan!", "Balik kiri!", dan sebagainya, sampai ia berteriak, "Ambil!" dan segera tiap anak berebut mengambil kacang di tengah lingkaran. Yang memperoleh kurang dari dua biji kacang dikeluarkan. Jumlah kacang harus dihitung, dan yang bertahan paling lama adalah pemenangnya.\

2. BURUNG, IKAN, ATAU BINATANG

Peralatan : Tidak ada
Jumlah Pemain: Bebas
Waktu : 15 - 20 menit
Tujuan :
- Melatih kecerdasan
- Melatih kecepatan/daya refleks
Semua duduk melingkar di lantai dan seorang anak di tengah. Anak yang ditengah menunjuk salah seorang di lingkaran dan berkata, "Burung, ikan, atau binatang." Misalnya dia berkata, "Burung!" anak yang ditunjuk tadi harus cepat mencari nama burung dan mengatakannya. Bila ia tidak dapat mengatakannya setelah anak yang di tengah menghitung sampai empat, maka ia harus ganti maju ke tengah, berusaha menangkap orang lain. Nama yang pernah disebut tidak boleh diulangi.

Selasa, September 23, 2008
4.8. Permainan Kelas

Menurut keterangan orang-orang tua, bahwa permainan kelas sudah dimainkan oleh anak-anak di Sedanau sekitar tahun 1930. Kononnya permainan tersebut teruslah berkembang dengan cepatnya. Pada zaman Jepang, permainan ini semakinlah digemari, karena pada waktu itu anak-anak dari beberapa daerah berkumpul pada suatu tempat pengungsian mengikuti orang tuanya, apakah itu kemudiannya ke desa-desa nelayan ataupun masuk ke daerah lainnya membuka kebun.

Permainan ini, konon karena bermula dari masyarakat, maka ianya dimainkan boleh siapa saja tanpa memandang kepada kedudukan ataupun derajat seseorang. Oleh karenanya anak-anak turunan bangsawan ataupun anak-anak orang terpandang, maupun anak-anak orang kebanyakan yang terdiri dari nelayan dan petani miskin mereka kesemuanya menyatu dalam permainan yang merupakan permainan rakyat itu.

4.8.a. Waktu dan tempat permainan

Main kelas boleh dimainkan pada waktu senggang apakah pada sore hari, atau pada malam hari pada saat terang bulan (purnama). Di pekarangan rumah, di halaman-halaman sekolah ataupun di tepi-tepi pantai. Terkadang permainan ini dimainkan pada waktu pagi hari di sekolah pada jam istirahat.

4.8.b. Peralatan/perlengkapan permainan

Permainan ini boleh dimainkan oleh 2 atau sampai enam orang yang biasanya dimainkan kanak-kanak antara 6 sampai umur 15 tahun. Boleh juga dimainkan secara bercampuran atau anak lelaki dan perempuan. Dapat juga dimainkan hanya oleh anak perempuan dengan perempuan dan anak laki-laki dengan laki-laki.

1. Rumah kelas : adapun lapangan permainan yang disebut rumah kelas, dibuat dengan cara menggaris tanah dengan ujung kayu yang runcing. Tempat bermain itu hendaknya cukup bersih atau dibersihkan terlebih dahulu supaya jangan terdapat batu, kaca atau benda-benda yang membahayakan. Luas rumah kelas itu lebih kurang 12 x 4 langkah.

2. Buah kelas (gacuk) : adalah penikam yang dipergunakan dalam permainan itu. Alat tersebut boleh didapati dari membulatkan bekas pecahan porselin, bekas pecahan pinggan dan sebagainya. Dibuat dengan diasah hingga licin, kecil serta tidak membahayakan. Besarnya lebih kurang seperti uang benggol. Ataupun menggunakan kulit kerang di pantai, kemudian dibersihkan sehingga merupakan barang yang amat menarik. Di beberapa tempat nama dari buah kelas itu bermacam-macam.

3. Buah kelas (dalam permainan) :
o Buah kelas digunakan dengan cara meletakkan alat-alat tersebut pada jepitan antara ibu jari dengan keempat jari lainnya. Menikam buah kelas, lempar dengan cara memutarkannya searah jarum jam. Dengan cara memutar begini, buah kelas dapat dikendalikan arahnya, menurut kehendak kita.
o Setiap naik kelas, buah kelas tikam berturut-turut dari petak no. 1 s/d 8. Buah kelas tersebut diambil ketika turun, diambil dari petak kelas dengan nomor lebih setingkat dari tempat buah kelas tersebut.
o Buah kelas pertama-tama digunakan sebagai undian. Buah kelas yang terdekat dengan titik pusat kepada kelas no. 9, itulah yang memenangi undi.

4.8.c. Cara menggunakan alat

1. Rumah kelas yang dipetak dari no. 1 sampai dengan 8 itu mesti dilewati dengan cara meloncat dan berjingkat-jingkat dengan sebelah kaki, tumit kaki di atas, tidak menyentuh tanah. Ketika itu, kaki tak boleh ditukar-tukar.
2. Tatkala menyusuri semua ruang kelas dari no. 1 s/d 8 disebut naik.
3. Tatkala kembali ke tempat awal setelah menyelusuri hingga angka 8, atau dari petak 8 s/d 1 disebut turun.
4. Petak kelas yang berisi buah kelas naik baik kepunyaan sendiri maupun kepunyaan lawan, tak boleh diinjak. Petak tersebut mesti diloncati dan tak boleh mengenai garis.
5. Waktu naik disebut “nikam kelas”, waktu turun disebut ambil kelas. Jika saat naik meloncati petak kelas yang berisi buah kelas, sedangkan waktu turun buah kelas tersebut diambil dari petak kelas yang nomornya setingkat lebih tinggi dari petak kelas yang ditempati oleh buah kelas itu. Setelah buah kelas itu diambil, maka petak tersebut boleh diinjak kembali.
6. Khusus buat petak kelas no. 4 dan 5 jatuhkan kaki serentak dua belah. Begitu naik, dan begitu pula turunnya.
7. Khusus buat petak kelas no. 7 dan 8 jatuhkan juga kaki serentak dua belah, kemudian putar badan dan loncat 180 derajat balik belakang. Jika waktu naik menghadap kepala kelas, setelah berputar menghadap ke bawah langsung turun untuk mengambil kelas.
8. Kepala kelas no. 9 itu ditikam dengan buah kelas, setelah kelas 1 s/d 8 selesai kita jalani. Buah kelas yang terletak pada no. 9 itu diambil dari petak no. 7 dan 8 dengan membelakangi bulan, atau dilaksanakan setelah berputar menghadap ke bawah. Diambil dengan cara duduk mencangkung, dan pejamkan mata seraya meraba-raba lalu bertanya, “dup…? dup…? dup…?”. Waktu itu lawan bermain menjawab, “dup…” bila tangan si pembawa tak menyentuh garis, dan menjawab, “mati…”, bila tangan si pembawa menyentuh garis baik kaki mengenai garis petak no. 7 dan 8, maupun tangan mengenai garis petak no. 9.
9. Bila hidup, buah kelas terus dibawa turun seperti turun biasa melewati setiap petak kelas dari no. 8 hingga 1. Bila mati, letakkan saja buah kelas di petak kelas no. 9 itu, untuk kali berikutnya baru diambil lagi.
10. Setelah selesai turun mengambil buah kelas di petak no. 9, pemain mulai lagi naik dari petak no. 1 s/d 8 dengan mengenakan buah kelas di punggung telapak tangan (dengan cara meningkupkan telapak tangan, buah kelas dilambungkan dan disambut dengan punggung tangan itu juga). Bila buah kelas jatuh waktu ditingkup, permainan dianggap batal. Dan jika berhasil, turun kembali dari petak kelas no. 8 hingga sampai berakhir ke petak no. 1.
11. Setelah selesai ginjing, masih dalam keadaan membelakangi rumah kelas, buah kelas yang masih dipunggung telapak tangan tikam ke belakang melewati bahu arah ke kepala kita. Petak kelas yang terkena buah kelas, itulah “umah” atau disebut juga “bintang” milik si pembawa. Ataupun milik kawan bermain kalau main beregu atau berudung. Pada umah, pemain boleh singgah dengan dua kaki diturunkan, waktu pemain melaksanakan mengambil kelas dari petak kelas no. 1 s/d 8 dan sebaliknya boleh singgah waktu turun dari petak no. 8 s/d 1, dan juga waktu turun naik ginjing dan sebagainya. Umah masing-masing biasanya diberi tanda pada petak kelas tersebut dengan bentuk gambar (x), (*), ($), dan sebagainya. Umah, tak perlu dianggap petak kelas untuk dilaksanakan ambil kelas, baik milik kita maupun umah milik lawan bermain. Pokoknya, petak kelas yang sudah dibuat umah dianggap sudah tidak ada lagi. Banyak jumlah umah masing-masing setelah selesai bermain, itulah merupakan biji kemenangan kita.

Carapermainan :
a. Main nyurang, artinya permainan perorangan
b. Main berudung, artinya permainan beregu

Peraturan permainan nyurang :
1. Undian
o Main nyurang : pengundian dalam main nyurang dilaksanakan menikam buah kelas seorang-seorang. Yang terdekat pada pusat kepala kelas, ialah yang membawa pertama, disusul dekat ke-2, ke-3, dan seterusnya.
o Main berudung : pengundian dalam main berudung, ditikam selang-seling, kita… lawan… teman… lawan…, dan seterusnya. Yang menang undian cukup mengikuti kawan terdekat saja, kawan jauh tak dihitung.
o Pantis : artinya menyentuh atau mengenai buah kelas lawan. Pengundian batal dan diulang lagi.
2. Permainan
o Setelah selesai pengundian, pemenang ke-1 membawa dahulu, kalau mati atau selesai satu ronde permainan, baru disusul oleh pemenang undian ke-2, ke-3, dan seterusnya, hingga bertemu gilirannya lagi yang ke-1, membawa. Pembawa dianggap mati, kalau si pelaku menginjak garis petak kelas, atau terinjak petak kelas yang berisi buah kelas, baik milik sendiri maupun petak kelas yang berisi buah kelas lawan.
o Main berudung : setelah selesai pengundian, pihak pemenang undian membawa dengan berturut-turut sejumlah kawan se-udung. Bila kawan mati, diteruskan oleh kawan sebelumnya hingga habis kawan se-udung mati semua, atau telah selesai satu ronde permainan, barulah terjadi pertukaran permainan; pihak lawan pula yang membawanya.
3. Umah : artinya rumah sebagai nilai kemenangan
o Satu ronde permainan dihitung sampai selesai mendapat rumah. Bila kita meneruskan permainan kawan seudung yang telah selesai mendapat umah, kita ulangi dari ambil 1, dan seterusnya.
o Bila lawan membawa hingga satu udungnya tak mati-mati, kita baru bisa membawa setelah anggota terakhir dari udung lawan itu selesai membuat umah pula, barulah berhak kita membawa.
o Umah dapat dipergunakan sebagai petak kelas tempat kita atau pun pihak kawan seudung berhenti. Pada petak umah, baik kita maupun kawan seudung boleh menjatuhkan kedua kakinya. Umah lawan tak boleh tersentuh, apalagi bila sampai terinjak. Kalau tersentuh kita mati.
o Pada umah baik milik kawan maupun milik lawan, tak boleh diletakkan buah kelas lagi.

Aturan permainan
1. Ambik Satu
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 1. Petak 1 dilangkahkan, loncat ke petak 2, terus ke petak 3, turun dua kaki di petak 4 dan 5. Dari petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, terus turun dua kaki pada petak 7 dan 8. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 7 dan 8 itu juga.
o Turun
Loncat dari petak 8 dan 7 ke petak 6, lalu singgah dua kaki pada petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, dan dari petak 2 ini ambillah buah kelas di petak 1, lalu langkahi petak 1 itu dan turun. (petak 1 dilangkahi karena tetap berisi buah kelas baik milik kawan maupun lawan).
2. Ambik Due
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 2. loncat petak 1 (kalau tak ada buah kelas milik kawan ataupun lawan), langkahi petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki di petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 7 dan 8. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Loncat dari petak 8 dan 7 ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, dan dari sini ambillah buah kelas di petak 2, lalu loncat ke petak 1 dan turun.
3. Ambik Tige
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 3. loncat ke petak 1, loncat ke petak 2, lompati petak 3 yang berisi buah kelas, lalu turun dua kaki di petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 7 dan 8. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Loncat dari petak 8 dan 7 ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 5 dan 4, dari sini ambillah buah kelas di petak 3, loncat ke petak 3, lalu loncat ke petak 2, lalu loncat ke petak 1 dan turun.
4. Ambik Empat
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 4, loncat ke petak 1, loncat ke petak 2, lompati petak 3 yang berisi buah kelas, lalu turun dua kaki di petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 7 dan 8. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Loncat dari petak 8 dan 7 ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 5 dan 4, dari sini ambillah buah kelas di petak 3, loncat ke petak 3, lalu loncat ke petak 2, lalu loncat ke petak 1 dan turun.
5. Ambik Lime
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 5, loncat petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, loncat ke petak 4, loncat ke petak 6, lalu turun dua kaki pada petak 7 dan 8. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Loncat ke petak 6, ambil buah kelas di petak 5, turun dua kaki di petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1 lalu turun.
6. Ambik Enam
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 6, loncat petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki pada petak 4 dan 5, langsung melompat ke petak 7 dan 8 dengan dua kaki. Putarkan badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Dari petak 8 dan 7, ambil buah kelas di petak 6, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1 dan turun.
7. Ambik Tujuh
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 7, loncat petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki pada petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, loncat ke petak 8, ambil buah kelas di petak 7, turun kaki di petak 7.
o Turun
Setelah dua kaki di petak 8 dan 7, loncat ke petak 6, loncat ke petak 5 dan 4 dengan dua kaki, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1 dan turun.
8. Ambik Lapan
o Naik
Tikam buah kelas ke petak 8, loncat petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki pada petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, loncat ke petak 7, ambil buah kelas di petak 8, turun dua kaki pada petak 8 dan 7.
o Turun
Dari petak 8 dan 7, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 5 dan 4 dengan dua kaki, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1 dan turun.
9. Ambik Sembilan
o Naik
Tikam buah kelas pada kepala kelas no. 9, loncat ke petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki pada petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 7 dan 8, putar badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun dua kaki pada petak 8 dan 7 itu juga. Pada petak 8 dan 7 duduk mencangkung, pejamkan mata lalu meraba-raba mencari buah kelas di kepala kelas seraya bertanya, “dup..?”, terus cari buah kelas itu sampai dapat. Setelah dapat, genggam buah kelas tersebut, lalu berdiri tegak pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Dari petak 8 dan 7, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1, dan turun.
10. Ginjing
o Naik
Lambung buah kelas, kemudian sambut dengan punggung telapak tangan. Hal ini disebut “tingkop”. Sesudah buah kelas terletak di punggung telapak tangan, dengan mengenakan tangan sebatas pinggang agak tersorong ke muka, maka terus meloncat ke petak 1, loncat ke petak 2, loncat ke petak 3, turun dua kaki pada petak 4 dan 5, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 7 dan 8, putar badan 180 derajat dengan cara melompat dan turun dua kaki pada petak 8 dan 7 itu juga.
o Turun
Dari petak 8 dan 7, loncat ke petak 6, turun dua kaki di petak 5 dan 4, loncat ke petak 3, loncat ke petak 2, loncat ke petak 1, dan turun.
11. Ambik Umah
Dengan buah kelas masih berada di punggung telapak tangan, sambil membelakangi kelas dari kaki kelas, pemain melambungkan buah kelas ke belakang melewati bahu arah kepala, menikam kelas untuk umah atau bintang.
o Jika buah kelas termasuk dalam salah satu petak kelas, maka kelas itulah merupakan umah kemenangan si pemain.
o Jika buah kelas terkena garis ataupun meleset jatuh keluar kelas, maka si pemain tak mendapat umah kemenangan. Hal ini akan diulang mengambil kelas dengan cara :
 Tunggu giliran membawa selanjutnya, kalau main nyurang.
 Diteruskan oleh teman dalam udung kalau main berudung. Teman yang meneruskannya harus melaksanakan seperti cara (10) melalui ginjing.
 Beberapa istilah permainan :
• Umah : rumah atau bintang kemenangan
• Tingkop : lambung dan sambut kembali dengan tangan ditelungkupkan
• Ambik : ambil atau mengambil
• Pantis : sentuh atau menyentuh
• Nyurang : seorang atau main perorangan
• Berudung : main berkelompok atau beregu
• Pertanyaan “dup…?” merupakan ucapan singkat atas kata “hidup”. Jadi yang sebenarnya ditanyakan adalah “hidup?” yang bermakna “apakah saya masih hidup?” yaitu dimana tangan tidak menyentuh garis.
• Jawaban “dup” juga merupakan ucapan singkat atas kata “hidup”. Jadi sebenarnya bermakna “si pembawa masih hidup” karena tidak menyentuh garis.

Rabu, 11 Maret 2009

DEVINISI SOSIOLOGI PENDIDIKAN















Definisi Sosiologi Pendidikan

Pada dasarnya, sosiologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus. Sosiologi umum menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum. Sedangkan Sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum, yaitu menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio kultural secara mendalam. Misalnya: sosiologi masayarakat desa, sosiologi masyarakat kota, sosiologi agama, sosiolog hukum, sosiologi pendidikan dan sebagainya.Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus.

Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:

1. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.

2. Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.

3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

4. Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

5. Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.

6. Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.

DAFTAR PUSTAKA

H. Gunawan, Ary. 2006. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Balas

METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK

Abstrak : Gunakan metode dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, sehingga mereka dapat melakukan dan menemukan sendiri. Kondisikan suasana kelas, sehingga peserta didik dapat mengkiritisi, memahami, mengemukakan pendapat dan pandangannya, baik secara perorangan maupun kelompok terhadap materi atau topik bahasan yang dibacarakan. Ciptakan suasana kelas yang hidup, menyenangkan, harmonis, tidak tertekan, sehingga dapat menyemangati peserta didik untuk senang belajar.

Kata Kunci : Lakukan perubahan dalam pembelajaran.

A. Pendahuluan

Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, “kebanyakan pengajar berbicara [ceramah] kurang lebih 100-200 kata permenit. Namun pertanyaannya, berapa banyak kata yang dapat didengar peserta didik? Hal ini tergantung pada bagaimana kemampuan mereka mendengarkan. Jika peserta didik yang betul-betul konsentrasi, barangkali mereka akan mampu mendengarkan antara 50-100 kata per-menit, atau setengah dari yang dikatakan pengajar”2.

Kemampun mendengarkan dan menyerap apa yang dikatakan, sangat tergantung pada konsentrasi seseorang. Berkenaan dengan hal ini, mungkin perlu memperhatikan apa yang dikatakan Confucius. Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan: What I here, I forget [apa yang saya dengan, saya lupa], What I see, I remember [apa yang saya lihat, saya ingat], What I do, I understand [apa yang saya lakukan, saya paham]3. Ketiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot pentingnya belajar aktif. Untuk itu diperlukan metode dan strategi yang dapat mengaktifkan peserta didik. Tanpaknya, pengajar sangat perlu untuk memperbaiki metode dan strategi pemebelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

Mel Silberman, telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar aktif. Apa yang dinyatakan Mel Silberman, adalah : What I hear, I forget [apa yang saya dengar, saya lupa], What I hear and see, I remember a little [apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit], What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand [apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham], What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill [apa yang dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan], What I teach to another, I master [apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya]4

.B. Kondisi Peserta Didik

Dalam model pembelajaran aktif, pengajar sangat senang bila peserta didik berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasa-gagasan alternatif mereka. Mungkin saja, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja dijelaskan pengajar. Kebebasan berpkir dan berpendapat sangat dihargai dan diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas, artinya suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan5, tidak tertekan, dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar.

Gambar : 1

Belajar dengan menggunakan komputer

Penggeseran paradigma pendidikan sekarang ini, berpengaruh pada metode dan strategi pembelajaran. Katakan saja, peserta didik sekarang ini mulai belajar melalui internet, web, homepage, cd-rom [lihat contoh gambar6], yang merupakan alat bantu mempercepat proses distributed knowledga. Hal ini, akan berpengaruh pada fungsi pendidik, yaitu sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator, motivator, dalam proses pembelajaran. “Pengajar” dalam hal ini dosen dan guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, tetapi merupakan salah satu

sumber dari sekian sumber belajar di dalam proses pembelajaran. Kenapa demikian, karena saat sekarang ini peserta didik, mungkin saja akan lebih banyak belajar dari media eloktronik dan media lain dari pada guru. Dengan demikian, tugas utama pendidik lebih terfokus pada mengajar peserta didik untuk mengakses sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan dari berbagai sumber belajar.

Fungsi pendidik sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator, motivator, dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : Pertama : Sebelum mengajar : [1] mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, [2] mempersiapkan media yang akan digunakan, [3] mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang peserta didik aktif belajar, [4] mempelajari keadaan peserta didik, mengerti kelemahan dan kelebihan peserta didik, [5] mempelajari pengetahuan awal peserta didik. Kedua : Selama proses pembelajaran : [1] mengajak peserta didik untuk aktif belajar, [2] menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan, sehingga peserta didik merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka. [3] mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik, [4] menggunakan variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat, studi kritis, [5] tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain, [6] menerima jawaban alternatif dari peserta didik, [7] kesalahan peserta didik ditunjukkan secara arif, [8] peserta didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan, mengungkapkan pikirannya, [9] peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam belajar sehingga menemukan sesuatu, [10] melakukan evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya. Ketiga : Sesudah proses pembelajaran : [1] memberikan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik, [2] melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir, analisis dan bukan hafalan. Keempat : Sikap pengajar : [1] perlakukan peserta didik sebagai subjek yang sudah tahu sesuatu, [2] kondisikan peserta didik yang aktif, pengajar menyertai, [3] memberi ruang tanyajawab dan diskusi, [4] pengajar dan peserta didik saling belajar, [5] peserta didik belajar untuk belajar sendiri, [5] hungan pengajar dan peserta didik bersifat dialogtis7, [6] peserta didik harus diberi informasi tentang materi pelajaran dan mengerti konteks bahan yang akan diajarkan.

Kondisi proses pembelajaran yang diuraikan di atas, lebih cenderung menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teaching-based yang akan menjadi kunci pengembangan peserta didik. Metode dan strategi pembelajaran lebih diorientasikan pada cara mengaktifkan peseta didik, yaitu; cara untuk menemukan, memecahkan masalah. Metode pembelajaran semacam ini akan menjadi kunci pengembangan peserta didik yang lebih berkualitas. Maka untuk mengaktifkan peserta didik secara optimal, proses pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif [student activie learning]”, atau mengembangkan kemampuan belajar [learning ability] atau lebih menekankan pada proses pembelajaran [learning] dan bukan pada mengajar [teaching]. Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada learning competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat: [a] “mengembangkan potensi peserta didik dan memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk self realization atau self actualization, [b] mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan “menjadi”, [c] materi ajaran harus diberikan secara analisis, deduktif, top down, dan “memiliki”; dan [d] memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan ke perbagai keahlian”8.

Dengan kondisi ini, perubahan “metodologi pembelajaran pada akhirnya harus membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan memilih, serta lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektif “menjadi” di atas perspektif “memiliki”. Dengan demikian, sasaran setiap proses pembelajaran adalah asimilasi pembelajaran [miximizing “student learning”], dan bila perlu mengurangi porsi ceramah guru dan dosen [minimizing “teacher teaching”] dengan mengaktifkan peserta didik untuk mencari dan menemukan serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga konsep metodologi pembelajaran yang terbangun adalah ”pembelajaran” [learning] bukan ”pengajaran” [teaching]9. Inilah tantangan yang dihadapi guru dan dosen untuk mengemas dan mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi kuliah yang tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.

Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan prinsip pembelajaran lebih terfokus pada “outcomes” competency, peningkatan relevansi dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang dimiliki peserta didik harus dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan standar, penggunaan penilaian dan evaluasi secara komprehensif, pengakuan terhadap kompetensi relatif yang bebas dari cara atau strategi penguasaannya dan fleksibilitas dalam mengakses perubahan, mengakses kesempatan dan pengembangan sikap serta perilaku berkarya sesuai profesinya sebagai outcomes competency. Maka, metode dan strategi pembelajaran yang didasarkan pada leaning competency, diharpakan dapat mengembangkan dan membangun tiga pilar keterampilan, yaitu :

  1. Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
  2. Thinking skills, keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif untuk menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
  3. Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang tinggi10.

Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi standar yang diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai [value], penguasaan pengetahuan [knowledge], penguasaan keterampilan dan kemahiran berkarya [ skill - keterampilan], memiliki attitude dan ability tertentu.

Pertanyaan yang muncul, bagimana membuat peserta didik aktif sejak dini? Untuk menjawab pertanyaan ini, guru atau dosen, harus berusaha merancang teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih, yaitu: guru atau dosen berusaha untuk membuat:

  1. Team building [pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa menjadi lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat “kerja sama” dan “saling ketergantungan”.
  2. On-The-Spot assessment [penilaian di tempat], yaitu : guru mempelajari tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
  3. Immediate learning involvement [keterlibatan belajar seketika], yaitu ; guru menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan11.

Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana dosen atau guru dapat membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktif. Untuk menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yaitu :

  1. Full-class learning [belajar sepenuhnya di dalam kelas]; petunjuk dari pengajar yang merangsang seluruh kelas.
  2. Class discussion [diskusi kelas];dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan utama.
  3. Question prompting [cepatnya pertanyaan]; siswa meminta klarifikasi/penjelasan.
  4. Collaborative learning [belajar dengan bekerja sama]; tugas-tugas dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
  5. Peer teaching [belajar dengan sebaya], petunjuk diberikan oleh peserta didik.
  6. Independent learning [belajar mandiri], aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara invidual.
  7. Affective learning [belajar afektif], aktivitas-aktivitas yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
  8. Skill development [pengembangan keterampilan], mempelajari dan mempraktikan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis12.

C. Metode dan Strategi Belajar Aktif

Banyak sekali metode dan strategi pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik. Dalam pembahasan ini, hanya dikemukakan beberapa metode dan strategi pembelajaran yang telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam proses pembelajaran atau dalam proses perkuliahan dikelas diantaranya, yaitu ; [1] strategi Belajar “Kekuatan Berdua” [The power of two], [2] strategi belajar “Studi Kasus Kreasi Siswa” [Student-created case studies], [3] strategi belajar “Memilah dan Memilih Kartu” [“Card sort”], [4] strategi belajar ”Perdebatan Aktif” [”Active Debate”], [5] strategi Belajar “Saling Beradu Pendapat” [Point-counter point]13, [6] strategi belajar “SQ3R dan Rolling Cognitive”, [7] studi kritis. Metode dan strategi pembelajaran ini dapat dijelaskan, sebagai berikut :

1. Strategi Belajar Kekuatan Berdua [The power of two]

Penerapan strategi belajar “Kekuatan Berdua” [the power of two], dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dosen, sebagai berikut:

  1. Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, dosen memberikan satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi.
  2. Langkah kedua, dosen meminta peserta untuk nerenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
  3. Langkah ketiga, dosen membagi perserta berpasang-pasangan. Dalam proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagai [sharing] jawaban dengan yang lain.
  4. Langkah keempat, dosen meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban baru. Dalam proses belajar, dosen meminta mahasiswa untuk membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
  5. Langkah kelima, dosen meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses belajar, ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.

2. Strategi Belajar Studi Kasus Kreasi Siswa [Student-created case studies]

Penerapan strategi belajar “Studi Kasus Kreasi Siswa” [Student-created case studies], dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut :

  1. Langkah pertama, dosen membagikan handout [membahas suatu masalah] kepada mahasiswa dan meminta mahasiswa untuk membaca beberapa menit.
  2. Langkah kedua, dosen membagi peserta berkelompok-kelompok dengan cara menghitung 1 s/d 4 atau dalam cara lain.
  3. Langkah ketiga, dosen meminta peserta untuk mencari pasangannya menurut angka [nomor urut] yang disebut sehingga terbentuk empat kelompok diskusi.
  4. Langkah keempat, dosen meminta masing-masing kelompok membaca handsout tersebut, kemudian merumuskan dan mendiskusikan :

Apa kasusnya?

    1. Mengapa kasus itu terjadi?

Bagaimana akibat yang ditumbulkan?

    1. Bagaimana pandangan terhadap hal tersebut
  1. Langkah kelima, ketika masing-masing kelompok sedang berdiskusi, dosen selalu mengontrol jalannya diskusi tersebut.
  2. Langkah keenam, ketika diskusi [studi kasus] selesai, dosen meminta masing-masing kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Dosen, meminta seorang anggota kelompok untuk memimpin diskusi dan kelompok lain mencatat hal-hal yang akan dipertanyakan.
  3. Langkah ketujuh, tanggapan masing-masing peserta dari tiap-tiap kelompok terhadap kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.

3. Strategi Belajar “Memilah dan Memilih Kartu” [Card sort]

Penerapan strategi belajar ”Memilah dan Memilih Kartu” [Card sort] dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

  1. Langkah pertama, dosen membagikan selembar “kartu” kepada setiap mahasiswa dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut terdiri dari “kartu judul” dan dan “kartu bahasan dari judul” tersebut. Kartu judul biasanya menggunakan huruf KAPITAL dan kartu-kartu sub judul menggunakan huruf non-kapital.
  2. Langkah kedua, mahasiswa diminta untuk mencari teman [pemegang kartu judul] yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuk satu kelompok.
  3. Langkah ketiga, mahasiswa akan berkelompok dalam satu “pokok bahasan” atau masalah masing-masing.
  4. Langkah keempat, mahasiswa diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutan bahasannya yang dipegang kelompok tersebut.

Contoh: Kartu Judul

MANFAAT

METODE DRAMATISASI

Banayak menarik perhatian

Contoh: Kartu Bahasan

Memberi arti yang sebenarnya

Memberi pengertian

Menghilangkan verbalisme

Contoh Gambar 2 :

Memilah dan Memilih Kartu

[Card Sort]

  1. Langkah kelima, seorang mahasiswa [pemegang kartu judul] dari masing-masing kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan per pokok bahasan.
  1. Langkah keenam, bagi mahasiswa yang salah mencari kelompok sesuai bahasan atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman dengan mencari judul bahasan atau materi yang sesuai dengan kartu yang dipegang.
  1. Langkah ketujuh, dosen/guru memberikan komentar atau penjelasan dari permaianan tersebut.

Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan “memilah dan memilih kartu” [card sort] ini adalah untuk mengungkapkan daya “ingat” [recoll] terhadap materi kuliah/pelajaran yang telah dipelajari mahasiswa/siswa. Untuk itu, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ; [1] Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut, [2] Kartu-kartu tersebut dibuat dalam ukuran yang sama, [3] Jangan memberi “tanda kode” apapun pada kartu-kartu tersebut, [4] Kartu-kartu tersebut terdiri dari “beberapa bahasan” dan dibuat dalam jumlah yang

banyak atau sesuai dengan jumlah mahasiswa atau siswa, [5] Materi yang ditulis dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah dipelajari oleh mahasiswa atau siswa.

4. Strategi Belajar Perdebatan Aktif [Active Debate]

Penerapan strategi pembelajaran “Perdebatan Aktif” [Active Debate], dengan langkah-langkah atau prosedur yang

dilakukan, sebagai berikut:

  1. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 [satu] minggu sebelum perkuliahan. Mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi ini agar memudahkan dalam “debat”.

Contoh Fato 3 :

Dosen Memberikan Pengarahan pada Kelompok sebelum diskusi dimulai

  1. Dalam kegiatan “debat”, kelas dibagi menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak akan ditugaskan [1] kelompok pertama ditetapkan sebagai penyaji, [2] kelompok kedua dan ketiga ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga”, [3]

kelompok keempat sebagai “pembela” kelompok pertama, dan [4] kelompok kelima sebagai “penengah”. Masing-masing kelompok terdiri 10 [sepuluh] mahasiswa atau lebih.

  1. Sebelum debat dimulai, dosen menyajikan “global materi” kuliah yang akan didebatkan kepada mahasiswa dalam bentuk ceramah.
  1. Sebelum debat dilaksanakan, mintalah masing-masing kelompok menetukan “juru bicaranya” dan kemudian mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada kelompoknya sendiri dan merumuskan arguman-argumen dari hasil diskusinya.
  1. Setelah masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut dan telah menemukan problem atau masalah untuk disampaikan. Diskusi dihentikan dan setting kelas dibuat dalam situasi yang berbeda. Setting kelas sebagai berikut :
  1. Mulailah “perdebatan” dan dalam “perdebatan” ini dosen bertindak sebagai pemandu. Langkah pertama, surulah “juru bicara” dari kelompok “penyaji” untuk menyampaikan argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta kelompok kontra [2 dan 3 ] meberikan atau menyampaikan “konter argumentasinya” dan buatlah situasi debat anatar “penyaji” dengan “konta” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”. Langkah ketiga, mintalah kolompok “pembela” untuk me-

nyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok “penengah”. Doronglah peserta yang lain untuk

  1. mencatat jawaban berbagai argumen atau bantahan yang disarankan kepada juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka.
  2. Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam lingkaran penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar tentang permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa tentang persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen terbaik yang dibuat kedua kelompok [“penyaji” dan “kontra”] debat tersebut. Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut dengan applaus atas “debat” yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan membaca do’a.

5. Strategi Belajar “Saling Beradu Pendapat” [ Point-counter point]

Penerapan strategi belajar “Saling Beradu Pendapat” [Point-counter point], dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:

  1. Langkah pertama, dosen/guru mengajukan suatu masalah untuk dibahas.
  2. Langkah kedua, mahasisw atau siswa dibagi menjadi 6 kelompok, untuk berdiskusi mengenai suatu masalah.
  3. Langkah ketiga, dari 6 kelompok tersebut dibagi menjadi 3, untuk mengkolaborasi hasil perumusan masalah.
  4. Langkah keempat, dosen atau guru membagi tiga kelompok ini untuk berperan sebagai: [1] penyaji, pembahas, dan audien [seluruh mahasiswa].
  5. Langkah kelima, presentasi masing-masing kelompok dan ditanggapi mahasiswa/siswa yang lain.
  6. Langkah keenam, dosen/guru mengatur/mengarahkan proses debat.
  7. Langkah ketujuh, langkah terakhir adalah dosen atau guru menyimpulkan atau memberikan summary.

6. Strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive

Penerapan strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive, dengan prosedur atau langkah-langkah, sebagai berikut :

  1. Langkah Pertama; dosen memberikan meteri perkuliahan 1 [satu] minggu sebelum kuliah dimulai.
  2. Langkah Kedua; sebelum kuliah dimulai dosem membagi mahasiswa menjadi 4 [empat] kelompok atau sesuai dengan materi yang akan dibahas.
  1. Langkah Ketiga; mahasiswa mempelajari materi dengan menerapkan strategi pembelajaran SQ3R, dengan langkah sebagai berikut :
    1. Suvey meteri, yaitu mahasiswa memeriksa, meneliti, mengidentifikasi seluruh materi dalam teks yang telah diberikan dosen.
    2. Question [membuat pertanyaan], mahasiswa dapat menyusun daftar pertanyaan atau membuat problem yang relevan dengan materi.
    1. Read, mahasiswa membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau problem yang telah tersusun.
    2. Recite, mahasiswa dapat menghafal dan berusaha memahami setiap jawaban yang telah ditemukan.
    3. Review [pengulangan], mahasiswa dapat mengingatkan dan menerangkan apa yang telah dipelajari. Mahasiswa/siswa dapat meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah-langkah kedua dan ketiga, kemudian menuliskannya pada lembar manila atau flano yang.sudah tertempel di dinding

d] Langkah Keempat, proses Rolling Cognitive

[1] Langkah pertama, mahasiswa secara berkelompok menuliskan hasil review-nya kelembar kertas manilai atau flano yang telah tertempel di dinding.

Contoh Foto 7: Mahasiswa sedang mencermati dan mendiskusikan hasil reviw kelompok lain, dan mengomentasi dengan menuliskan komentar pada flano atau manila tersebut

[2] Langkah kedua, mahasiswa kelompok pertama mendatangi kelompok ketiga untuk membaca hasil review-nya dan menuliskan komentar pada kertas manilai atau flano dan melanjutkan ke kelompok kedua, dan seterusnya kelompok kedua mendatangi kelompok pertama dan ketiga, kelompok ketiga mendatangi kelompok pertama dan kedua pada kegiatan yang sama.

[3] Langkah ketiga, secara berurutan mahasiswa kelompok pertama mempresentasikan hasil review-nya dan menjawab pertanyaan atau keberatan dari kelompok kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dilanjutkan untuk kelompok kedua, ketiga, dan keempat.

[4] Langkah keempat, merupakan langkah terakhir dosen/guru memberikan komentar dan kesimpulan untuk masing-masing kelompok dan kemudian menutup kuliah. Sebelum menutup kuliah dosen meminta mahasiswa untuk “tepuk tangan” atas keberhasilan masing-masing kelompok.

7. Studi Kritis

Penerapan strategi belajar Studi Kritis. Hasil yang diperoleh adalah mahasiswa dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan pandangannya secara perorangan terhadap materi topik bahasan yang dibacanya. Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh, sebagai berikut:

  1. Langkah pertama, dosen membagikan handout kepada masing-masing mahasiswa per individual dan dosen meminta mahasiswa untuk membaca dan memahami serta berusaha menangkap permasalahan pada teks tersebut
  1. Langkah kedua, dosen meminta masing-masing mahasiswa secara individu untuk mengemukakan hasil kajiannya dan ditanggapi oelh mahasiswa yang lain.
  2. Langkah ketiga, dosen meminta salah seorang mahasiswa untuk menyimpulkan hasil diskusi tersebut
  1. Langkah keempat, diskusi dihentikan, dosen menyimpulkan hasil diskusi tersebut dan kemudian menutup dengan do’a.

D. Penutup

Beberapa metode dan strategi pembelajaran yang dikemukakan di atas, telah digunakan dan diuji keefektifannya dalam proses pembelajaran atau dalam proses perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa, dengan metode dan strategi pembelajaran ini, mahasiswa dapat melakukan dan menemukan sendiri, sebab mereka dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan pandangannya secara perorangan maupun kelompok terhadap materi topik bahasan yang dibacarakan. Suasana kelas menjadi hidup, menyenangkan, tidak tertekan dan menyemangati peserta didik untuk senang belajar. Dengan demikian, kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Silahkan mencoba

IMM PADANGPANJANG



  • DPD IMM SUMBAR berencana merayakan ULTAHnya di PC IMM Padangpanjang.
  • IMM Padangpanjang mengadakan Pelatiha Internet selama 2 (dua) hari tanggal 8-9 maret 2009 di Kampus Muhammadiyah Padangpanjang.

PEMUDA DAN MAHASISWA INDONESIA, OPTIMISME MENUJU PENCERAHAN MASA DEPAN BANGSA

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA

PEMUDA DAN MAHASISWA INDONESIA,
OPTIMISME MENUJU PENCERAHAN MASA DEPAN BANGSA

Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.


TEKAD UNTUK OPTIMIS

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding leaders” Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat) dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan, rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi itu beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari masa depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan, kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita lakukan atau sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita, seperti karena terjadinya bencana alam atau karena terjadinya krisis keuangan di negara lain yang berpengaruh terhadap perekonomian kita di dalam negeri.
Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional, selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan, ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai, tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi keadaan.
Lebih-lebih selama 4 tahun terakhir ini, demikian banyak bencana yang datang bertubi-tubi, baik karena faktor alam maupun karena faktor kesalahan manusia. Bencana alam seperti tsunami di Aceh dan Nias dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar biasa skalanya dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula oleh berbagai gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung Merapi yang juga menimbulkan banyak korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak saja di daerah bencana, tetapi juga secara luas di seluruh Indonesia.
Namun, belum lagi usai pahit getirnya akibat bencana-bencana tersebut sekarang muncul lagi bencana baru berupa ancaman krisis perekonomian sebagai akibat terjadinya krisis keuangan dan Amerika Serikat. Tidak realistis untuk menganggap bahwa krisis keuangan di Amerika Serikat itu tidak akan berpengaruh ke dalam perekonomian bangsa kita di Indonesia. Tidaklah bertanggungjawab jika kita hanya berpangku tangan atau bersikap tidak perduli, meskipun kita juga tidak boleh menjadi panik sebagai akibat gejolak yang sedang terjadi di dunia.
Di samping perkembangan yang bersifat eksternal tersebut di atas, kita pun perlu terus mencermati dinamika perkembangan politik, ekonomi, dan sosial budaya di daerah-daerah dan di tingkat nasional kita sendiri. Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat, memerlukan langkah-langkah konsolidasi yang tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang tindih perlu ditata ulang. Berbagai kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu ditangani dengan cara yang lebih baik.
Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan, dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima.

MENGASAH KEMAMPUAN REFLEKTIF

Dalam mengembangkan perannya, kaum muda Indonesia perlu mengasah kemampuan reflektif dan kebiasaan bertindak efektif. Perubahan hanya dapat dilakukan karena adanya agenda refleksi (reflection) dan aksi (action) secara sekaligus. Daya refleksi kita bangun berdasarkan bacaan baik dalam arti fisik melalui buku, bacaan virtual melalui dukungan teknologi informasi maupun bacaan kehidupan melalui pergaulan dan pengalaman di tengah masyarakat. Makin luas dan mendalam sumber-sumber bacaan dan daya serap informasi yang kita terima, makin luas dan mendalam pula daya refleksi yang berhasil kita asah. Karena itu, faktor pendidikan dan pembelajaran menjadi sangat penting untuk ditekuni oleh setiap anak bangsa, terutama anak-anak muda masa kini.

MEMBANGUN KEBIASAAN BERTINDAK

Di samping kemampuan reflektif, kaum muda Indonesia juga perlu melatih diri dengan kebiasaan untuk bertindak, mempunyai agenda aksi, dan benar-benar bekerja dalam arti yang nyata. Kemajuan bangsa kita tidak hanya tergantung kepada wacana, ‘public discourse’, tetapi juga agenda aksi yang nyata. Jangan hanya bersikap “NATO”, “Never Action, Talking Only” seperti kebiasaan banyak kaum intelektual dan politikus amatir negara miskin. Kaum muda masa kini perlu membiasakan diri untuk lebih banyak bekerja dan bertindak secara efektif daripada hanya berwacana tanpa implementasi yang nyata.

MELATIH KEMAMPUAN KERJA TEKNIS

Hal lain yang juga perlu dikembangkan menjadi kebiasaan di kalangan kaum muda kita ialah kemampuan untuk bekerja teknis, detil atau rinci. “The devil is in the detail”, bukan semata-mata dalam tataran konseptual yang bersifat umum dan sangat abstrak. Dalam suasana sistim demokrasi yang membuka luas ruang kebebasan dewasa ini, gairah politik di kalangan kaum muda sangat bergejolak. Namun, dalam wacana perpolitikan, biasanya berkembang luas kebiasaan untuk berpikir dalam konsep-konsep yang sangat umum dan abstrak. Pidato-pidato, ceramah-ceramah, perdebatan-perdebatan di ruang-ruang publik biasanya diisi oleh berbagai wacana yang sangat umum, abtrask dan serba enak didengar dan indah dipandang. Akan tetapi, semua konsep-konsep yang bersifat umum dan abstrak itu baru bermakna dalam arti yang sebenarnya, jika ia dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk kegiatan yang rinci.
Sebaiknya, kaum muda Indonesia, untuk berperan produktif di masa depan, hendaklah melengkapi diri dengan kemampuan yang bersifat teknis dan mendetil agar dapat menjamin benar-benar terjadinya perbaikan dalam kehidupan bangsa dan negara kita ke depan. Bayangkan, jika semua anak muda kita terjebak dalam politik dan hanya pandai berwacana, tetapi tidak mampu merealisasikan ide-ide yang baik karena ketiadaan kemampuan teknis, ketrampilan manajerial untuk merealisasikannya, sungguh tidak akan ada perbaikan dalam kehidupan kebangsaan kita ke depan.

PEMUDA, MAHASISWA DAN KESADARAN BERKONSTITUSI

Sekarang ini kita berada dalam suasana memperingati semangat sumpah pemuda yang dikumandangkan pada tahun 1928, delapan puluh tahun yang silam. Sebagai anak bangsa kita telah bersumpah setia untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Ada kekeliruan dalam kita memahami makna persatuan itu, yaitu seakan-akan bersatu dalam uniformitas, termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu tercermin antara lain dalam lagu yang biasa kita nyanyikan, yaitu “satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita”. Akibatnya, sumpah pemuda kita maknai hanya mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia, dengan mengabaikan dan menafikan bahasa-bahasa daerah yang demikian banyak jumlahnya. Padahal, teks asli sumpah pemuda itu menyatakan bahwa kita “menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan”. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa persatuan, bukan satu-satunya bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.
Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa kita harus bersatu sebagai bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan “bhineka-tunggal-ika”. Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan perbedaan rasial, merupakan kekayaan budaya bangsa kita yang tidak ternilai. Akan tetapi di tengah keanekaan itu, kita telah bertekad untuk bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”. Kita bersatu dalam keragaman, “unity in diversity”, “bhinneka tunggal ika”. Dalam semangat persatuan itu, kita beraneka ragam. Kita beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.
Setelah masa reformasi dan terjadinya perubahan UUD 1945, semangat persatuan dalam keragaman itu kembali dipertegas dalam rumusan pasal-pasal konstitusi kita. Prinsip otonomi daerah yang sangat luas kita terapkan. Bahkan satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa seperti Papua, Aceh, dan Yogaykarta, atau pemerintahan daerah yang bersifat khusus seperti DKI Jakarta, diberi ruang untuk tidak seragam atau diberi kesempatan untuk mempunyai ciri-ciri yang khusus atau istimewa, yang berbeda dari daerah-daerah lain pada umumnya. Demikian pula, kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di seluruh nusantara diperkenankan untuk hidup sesuai dengan keasliannya masing-masing. Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 menegaskan, “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undang-undang”.
Di samping itu, diadakan pula penegasan mengenai status bahasa daerah dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan semangat untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tidak berarti bahwa bahasa daerah diabaikan. Karena itu, dalam Pasal 32 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan, “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Dengan perkataan lain, semangat keanekaan atau kemajemukan kembali diberi tekanan dalam rangka pembinaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan persatuan itu juga kita materialisasikan dalam konsepsi tentang negara konstitusional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. UUD 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu merupakan piagam pemersatu kita sebagai satu bangsa yang hidup dalam kesatuan wadah NKRI. Di dalam UUD 1945 itu, segala hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu dengan yang lain antar sesama warga negara. Sebagai warga masyarakat, kita beraneka, tetapi sebagai warga negara segala hak dan kewajiban kita sama satu dengan yang lain.
Karena itu, kaum muda Indonesia saya harapkan dapat membangun kesadaran hidup berkonstitusi. Konstitusi adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Konstitusi negara itulah yang menjadi sumber referensi tertinggi dalam kita membangun sistim aturan dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Para pemimpin dan pejabat adalah tokoh-tokoh atau orang-orang yang datang dan pergi. Kita taati keputusannya sepanjang ia mengikuti dan menaati sistim aturan yang telah kita sepakati bersama berdasarkan UUD 1945. Oleh sebab itu, marilah kita membangun dan melembagakan sistim aturan dalam kehidupan kolektif kita dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan.
Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda semua adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses pembangunan untuk kemajuan bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua lapisan, baik di lingkungan supra struktur negara maupun di lingkup infra struktur masyarakat, terbuka luas untuk kaum muda Indonesia masa kini. Namun, dengan tertatannya sistim aturan yang kita bangun, proses regenerasi itu tentu akan berlangsung mulus dan lancar dalam rangka pencapaian tujuan bernegara. Oleh karena itu, orientasi pembenahan sistim politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial budaya yang tercermin dalam sistim hukum yang berlaku saat ini sangatlah penting untuk dilakukan agar kita dapat menyediakan ruang pengabdian yang sebaik-baiknya bagi generasi bangsa kita di masa depan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta guna mencapai empat tujuan nasional kita, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Selasa, 10 Maret 2009

Ilmu Pendidikan Islam

Ilmu Pendidikan Islam

(Pengantar Kuliah)

Oleh Imam Mawardi

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.

Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.

Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).

Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

Dalam tujuan khusus tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif dan psikomotor. Dari tahapan ini kemudian dapat dicapai tujuan-tujuan yanglebih terperinci lengkap dengan materi, metode dan system evaluasi. Inilah yang kemudian disebut kurikulum, yang selanjtnya diperinci lagi kedalam silabus dari berbagai materi bimbingan.

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:
1.Al-Qur’an dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan yaitu penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu dsb.
2.Nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.
3.Warisan pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.

Karakteristik pendidikan Islam:
1.penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasr ibadah kepada Allah swt.
2.penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3.pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu kepribadian.
4.pengamalan ilmu pengetahuan atas dasr tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat manusia.

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus.
RPP pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dalam RPP harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai atau memiliki kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap RPP sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik.
Adapun pengembangan RPP dalam garis besarnya dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;
1. mengisi kolom identitas
2. menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
3. menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
4. merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.
5. mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi standar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran.
6. menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7. merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
8. menentukan sumber belajar yang digunakan
9. menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.
Kemudian format RPP KTSP sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Contoh Format
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran :
Satuan Pendidikan :
Kelas/semester :
Pertemuan ke :
Alokasi waktu : jam pelajaran
Kompetensi dasar;
1.
2.
Indikator;
1.1.
1.2.
2.1.
2.2.
(kompetensi dasar dan indikator ditulis lengkap sesuai dengan silabus)
Tujuan pembelajaran:
1.
2.
(rumuskan dengan lengkap mengacu pada indikator)
Materi standar:
1.
2.
(tulis garis besar atau pokok-pokoknya saja, yang langsung berkaitan dengan indikator dan tujuan pembelajaran)

Metode pembelajaran:
1.
2.
(tulis cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya ceramah, tanya jawab, karyawisata, dan cara lainnya)

Kegiatan pembelajaran:
1. kegiatan awal (pembukaan)
a.
b.
2. kegiatan inti (pembentukkan kompetensi):
a.
b.
3. kegiatan akhir (penutup):
a.
b.
(kegiatan apa yang harus dilakukan dari awal sampai akhir, untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi)

Sumber belajar:
1.
2.
(tulis sumber belajar yang akan digunakan, termasuk alat peraga, media, dan bahan pembelajaran/buku sumber)

Penilaian :
1. Tes tulis
2. kinerja (perfomansi)
3. produk
4. penugasan/proyek
5. portopolio
(tulis penilaian apa yang akan dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar, pilih jenis penilaian yang paling tepat)

Mengetahui Padang Panjang, juli 2009
Kepala MTs Thawalib Guru Bidang Studi


Drs. Ansarullah Rika Rahim

KOMPETENSI GURU

KOMPETENSI GURU

Pendahuluan

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Orang yang pandai berbicara sekalipun belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Kemampuan khusus yang harus dimiliki guru itu disebut kompetensi. Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif.

Kompetensi Guru

Berdasarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Departemen Pendidikan Nasional(M.Uzer Usman, 1992: 10-15), kemampuan dan pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan kepribadian
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa pancasila
Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru
2. Menguasai landasan kependidikan
Mengenal tujuan pendidikan dasar dan menengah untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional
Mengenal fungsi sekolah dalam masyarkat
Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
3. Menguasai bahan pengajaran
Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
Menguasai bahan pengayaan
4. Menyusun program pengajaran
Menetapkan tujuan pengajaran
Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
5. Melaksanakan program pengajaran
Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
Mengatur ruangan belajar
Mengelola interaksi belajar mengajar
Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar mengajar
Berlatih mengamati kegiatan belajar mengajar
Mengkaji berbagai keterampilan dasar mengajar
Berlatih menggunakan berbagai keterampilan dasar mengajar
Mempelajari berbagai pengaturan murid dalam kegiatan belajar mengajar
Berlatih menggunakan berbagai bentuk pengaturan murid dalam kegiatan belajar mengajar
6. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
7. Menyelenggarakan program bimbingan
Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus
Membina wawasan murid untuk menghargai berbagai pekerjaan di masyarakat
8. Menyelenggarakan administrasi sekolah
Mengenal pengadministrasian sekolah
Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional
Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan
10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran
Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
Melaksanakan penelitian sederhana

Tugas Yang Harus dilakukan Guru

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XI pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksnakan proses pembelajaran (belajar mengajar), menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Legal Center, 2008: 127)
Menurut Undang-Undang tersebut, tugas guru adalah sebagai berikut:
a. merencanakan pembelajaran
b. melaksanakan proses pembelajaran
c. menilai hasil pembelajaran
d. melakukan pembimbingan dan pelatihan
e. melakukan penelitian
Berdasarkan Undang-Undang dan realitas dalam aktivitas sehari-hari, tugas yang mutlak harus dilakukan guru ada 3 (tiga) kegiatan, yaitu:
1. Merencanakan Pembelajaran
Seorang guru yang akan melakukan pembelajaran harus memiliki perencanaan yang jelas dan terorganisir. Dalam kurikulum 2006 yaitu KTSP pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dan Departeman Agama hanya menentukan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, sedangkan perangkat pembelajaran yang lainnya ditentukan oleh satuan pendidikan itu sendiri yaitu guru mata pelajaran.
Perencanaan Pembelajaran itu setidaknya terdiri dari;
a. menetapkan program semester
b. melakukan pemetaan standar kompetensi
c. menyusun silabus yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, metode dan sumber belajar.
d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (kegiatan awal, inti, dan penutup), sumber belajar, serta penilaian.
2. Melaksanakan Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pada kegiatan ini setidaknya ada beberapa hal yang mesti dilakukan guru;
a. menciptkan kondisi pembelajaran yang efektif, seperti melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, peragaan dalam pembelajaran.
b. Menguasai keterampilan mengajar, seperti keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan.
3. Melakukan Evaluasi Pembelajaran
Pada kegiatan ini ada dua bentuk evaluasi yang dilakukan guru yaitu;
a. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
b. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU

Beberapa keterampilan mengajar (teaching skills) yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh calon guru sebelum melaksanakan praktek pengalaman lapangan (PPL) yang dapat dilatihkan melalui micro teaching adalah sebagai berikut;
1. Keterampilan bertanya
Dalam pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa dalam meningkatkan partisipasi, membangkitkan minat, memusatkan perhatian, dan menuntun proses berpikir untuk menjawab pertanyaan.
Adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik adalah :
a. Jelas dan mudah dimengerti siswa
b. Pemberian acuan atau informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa
c. Terpokus pada masalah atau tugas tertentu
d. Pemberian waktu yang cukup untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
e. Pemindahan giliran dan penyebaran kesempatan
f. Respon yang ramah dan menyenangkan
2. Keterampilan memberi penguatan(reinforcement)
Penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
Penguatan itu bisa berupa :
a. verbal (kata-kata) seperti bagus sekali, pintar, ya, seratus
b. nonverbal seperti isyarat dan pendekatan
c. penguatan dengan sentuhan
d. penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
3. Keterampilan mengadakan variasi
Variasi stimulus dilakukan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga situasi pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
Komponen-komponen keterampilan variasi itu dapat berupa
a. Variasi dalam gaya mengajar seperti suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, gerakan badan dan mimik, posisi guru dalam kelas.
b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
4. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan diorganisasi secara sistematis dilakukan untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa.
Komponen-komponen keterampilan ini adalah
a. merencanakan
b. penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
-kejelasan, bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa
-penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
-pemberian tekanan
-penggunaan balikan untuk menunjukkan pemahaman, keraguan siswa.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan dilakukan untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

7. Keterampilan mengelola kelas

8. Keterampilan mengajar kelomok kecil dan perseorangan

Istilah penting!
Guru ;Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, serta menilai peserta didik
Profesional ; Kegiatan yang menjadi sumber kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar.
Kompetensi ; Seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru.
Sertifikasi ; Proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.

Kriteria Penilaian Micro Teaching

No Komponen Penilaian
Nilai
1 Pendahuluan, perkenalan, skenario

2 Tujuan pembelajaran

3 Penguasaan materi dan sistematika

4 Sikap, penampilan dan nada suara

5 Penggunaan media

6 Peggunaan metode dan teknik

7 Penguasaan kelas

8 Memotivasi siswa

9 Penguasaan teknik bertanya dan menjawab

10 Pengaturan waktu

11 Penutup


Program Perkuliahan FAI (Tarbiyah) S.1 PAI
UMSB Kauman Padang Panjang

Mata Kuliah : Micro Teaching
Semester : VI (enam)
Tahun Akademik : 2008/2009
Dosen Pembimbing : Julpiadi HTB

Pertemuan ke Kegiatan/Materi Pemateri/Penanggungjawab Keterangan
Pertama Pengantar mata kuliah/kontrak kerja Dosen Pembimbing
Kedua Kurikulum dan Persiapan Mengajar Mengajar Guru Dosen Pembimbing
Ketiga Penyusunan Perangkat Pembelajaran Dosen Pembimbing
Keempat Praktek Mengajar :
Materi : qur’an hadis MTs Al-Amin ( kelas VII semester 1)
Arianto Andafis ( kelas VII semester 2)
Fardhila Rahmi (kelas VIII semester 1)
Hendra Nasrul (kelas VIII semester 2)
Kelima Praktek Mengajar

Materi : akidah akhlak MTs Hendri Saputra (kelas VII semester 1)
Iddirwan (kelas VII semester 2)
Khairul Syuib (kelas VIII semester 1)
Lusiana. S (kelas VIII semester 2)
Keenam Praktek Mengajar

Materi : Fikih MTs Melita Sari (kelas VII semester 1)
Musliha (kelas VII semester 2)
Pongani (kelas VIII semester 1)
Regina Ayu (kelas VIII semester 2)
Ketujuh Praktek Mengajar

Materi : Sejarah Kebudayaan Islam MTs
Rika Rahim (kelas VII semester 1)
Rina Adriani (kelas VII semester2)
Seprito Denhas (kelas VIII semester 1)
Syukria Faimi (kelas VIII semester 2)
Kedelapan Praktek Mengajar

Materi : Bahasa Arab MTs Dian Citra (kelas VII semester 1)
Emmi (kelas VII semester 2)
Teguh Priyono (kelas VIII semester 1)
Taufik Hidayat (kelas VIII semester 2)
kesembilan Praktek Mengajar

Materi : PAI di SMP Melya Rahmadona (kelas VII semester 1)
Nesmalemi (kelas VII semester 2)
Yenni Leli Sutra (kelas VIII semester 1)
Ofri Mulyanis (kelas VIII semester 2)
Kesepuluh Praktek Mengajar

Materi : PAI di SMA
Syafrimon (kelas X semester 1)
Al Amin (kelas X semester 2)
Arianto Andafis (kelas XI semester 1)
Fardhila Rahmi (kelas XI semester 2)
Kesebelas Praktek Mengajar

Materi : Qur’an Hadis MTs
Hendra Nasrul (kelas VII semester 1)
Hendri Saputra (kelas VII semester 2)
Iddirwan (kelas VIII semester 1)
Khairul Syib (kelas VIII semester 2)
Keduabelas Praktek Mengajar

Materi : Akidah Akhlak Lusiana. S (kelas VII semester 1)
Melita Sari (kelas VII semester 2)
Musliha (kelas VIII semester 1)
Pongani (kelas VIII semester 2)
Ketigabelas Praktek Mengajar

Materi : Fikih MTs Regina Ayu (kelas VII semester 1)
Rika Rahim (kelas VII semester 2)
Rina Adriani (kelas VIIIsemester 1)
Seprito Denhas (kelas VIII semester 2)
keempatbelas Praktek Mengajar

Materi : Sejarah Kebudayaan Islam MTs
Syukria Faimi (kelas VII semester 1)
Teguh Priyono (kelas VII semester 2)
Taufik Hidayat (kelas VIII semester 1)
Dian Citra (kelas VIII semester 2)
Kelimabelas Praktek Mengajar

Materi : PAI SMA Emmi (kelas X semester 1)
Melya Rahmadona (kelas X semester 2)
Nesmaleni (kelas XI semester 1)
keenambelas Praktek Mengajar

Materi : PAI SMP Yenni Leli Sutra (kelas VII semester 1)
Ofri Muliyanis (kelas VII semester 2)
Syafrimon (kelas VIII semester 1)


Penilaian Perkuliahan
1.Persiapan Mengajar (RPP) : 10%
2.Praktek Mengajar : 30%
3.Keaktifan : 20%
4.Kehadiran : 20%
5.Tugas Akhir : 20%

Padang Panjang, 3 Maret 2009 M
6 Rabiul Awal 1430 H

Dosen Pembimbing



Julpiadi Hutabarat


KETERAMPILAN BERTANYA DASAR

Nama Calon/Guru :
Bidang Studi :
Kelas :
Kompetensi Dasar :

No Komponen Keterampilan Frekuensi Komentar
1 Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2 Pemberian acuan
3 Pemusatan
4 Pemindahan gilir
5 Penyebaran;
-ke seluruh kelas
6 Pemberian waktu berpikir
7 Pemberian tuntunan

-pengungkapan pertanyaan dengan cara lain
-pengulangan penjelasan sebelumnya

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Nama Calon/Guru :
Bidang Studi :
Kelas :
Kompetensi Dasar :

No Komponen Keterampilan Ya Tidak Komentar (tepat, tdk tepat, dst)
1 Penguatan verbal:
a. kata-kata;

-bagus
-benar
-tepat

b. kalimat:
-pekerjaanmu baik sekali
-saya senang dengan pekerjaanmu
-pekerjaanmu makin lama makin baik

2 Penguatan nonverbal:
-mimik/gerak tubuh
-mendekati
-sentuhan

FILE Mas Amin

Entri Populer